4 September 1998

Hamba segala hamba

Baca: Turnbook.gif (1625 bytes)Filipi 2:1-8




Previcon.gif (1221 bytes)Indxicon.gif (1543 bytes)Downicon.gif (1161 bytes)Nexticon.gif (1232 bytes)

 Saudara bagaimana kalau saudara diberi peluang menjadi raja.

 Segala kuasa, segala kekayaan, segala kesenangan, segala keistimewaan, dan segala kemasyuran diberikan dan disediakan untuk saudara.

 Saudara punya istana, saudara punya pengawal peribadi, saudara punya dayang-dayang, saudara punya kereta-kereta mewah, saudara punya eskod ke manapun saudara pergi.

 Apa yang saudara mau hanya petik jari saja. Maka semuanya akan tersedia di hadapan mata saudara.

 Adakah saudara akan menolaknya? Mengatakan oh saya tidak mau!!!! Tidak mau!!!!

 Bagaimana pula kalau saudara disuruh menjadi seorang hamba?

 Terkongkong, harus turut perintah, miskin, tidak punya kuasa apa-apa, tidak punya kebebasan, tidak punya kekayaan, tidak punya orang suruhan, tidak punya dayang-dayang.

 Adakah saudara masih mau, masih sanggup?

 Nah! Saudara ramai di antara kita yang tidak keberatan sedikitpun kalau ditabal menjadi raja.

 Dimana segala-galanya disediakan untuk kita. Dan segala kuasa di berikan kepada saudara.

 Segala kekayaan dan segala kesenangan disediakan.

 Tapi tidak ramai di antara kita di sini yang sanggup menjadi seorang hamba.

 Tidak punya harta kekayaan apa-apa, tidak punya kesenangan dsbnya.

 Kuli !!! Gelaran kuli itu sendiri pun tidak sedap didengar.

 Apa lagi menyandang jawatan itu.

 Apa lagi melaksanakan tanggungjawab seorang hamba @ Kuli.

 SIAPAKAH YANG SANGGUP? SIAPAKAH YANG MAU?

 Di sebaliknya kalau menjadi raja siapakah yang tidak mau?

 Di sinilah kita mau melihat Anak Allah menyerahkan segala-galanya untuk menjadi seorang hamba.

 Hamba kepada saudara dan saya.

 Hamba kepada dunia. (Filipi 2:7)

 Datang untuk melayani bukan untuk dilayani.

 Kebanyakkan kita tidak keberatan kalau dibari gelaran ‘ketua’.

 Namun tahukah saudara. Bahwa, ketua dalam kontek kristianiti @rohani berbeza sekali  dengan kontek dunia.

 Dalam kontek dunia, seorang ketua itu; merekalah yang memerintah, merekahlah yang berkuasa, merekalah yang kuat, merekalah yang benar, yang hero, yang glamour, yang kaya, yang senang dan macam-macam lagi.

 Tapi dalam kontek kristianiti seorang ketua itu ialah seorang Hamba.

 Bukan dilantik untuk memerintah. Tapi untuk melayani.

 Apa yang saudara perlu miliki di dalam melayani:

1. Kasih (Filipi 2:1)
2. Lut sinar (1 Kor 2:1-3)
3. Kesetiaan (Filipi 2:8)
4. Keperihatinan (Filipi 2:4)
5. Kerendahan hati yang ikhlas (Filipi 2:8, 1Kor 2:4-5)
6. Kejujuran yang mutlak @ yang sepenuhnya (2 Kor 4:1-2, 1 Tes 2:3-4)

 Kasih

 Motif dan satu-satunya tujuan untuk saudara melayani adalah kerana kasih saudara kepada  1) Allah 2) Manusia.

 Bukan kerana mau cari glamour, kuasa, nama, ganjaran, upah, wang ringgit atau apapun.

 Kerana itulah hukum yang terutama di mana tergantungnya segala hukum.

 Sekiranya saudara tidak dapat mengasihi, maka saya kira adalah tidak layak untuk saudara melayani.

 Kasihlah yang membolehkan saudara melakukan segala-galanya untuk Allah dan untuk manusia.

 Yesus datang kerana Dia mengasihi Bapa, dan mengasihi saudara dan saya.

 Bukan mudah untuk seorang raja untuk turun dari takthanya.

 Apa lagi Raja atas segala raja? Turun menjadi hamba segala hamba.

 Meninggalkan segala kemuliaan dan kekayaanNya.

 Atas dasar apakah Yesus melakukan semuanya ini saudara, kalau bukan kasih.

 Di dalam pelayanan Yesus. Dia menunjukkan kasihNya kepada setiap orang yang datang kepadaNya.

 Lut sinar

 Saudara dengar kata-kata Paulus;

 “Demikianlah pula, ketika aku datang kepadamu, saudara-saudara, aku tidak datang dengan kata-kata indah atau dengan hikmat untuk menyampaikan kesaksian Allah kepada kamu. Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan. Aku telah datang kepadamu dalam kelemahan dan dengan sangat takut dan gentar.” (1 Kor 2:1-3)

 Di sini saudara lihat Paulus tidak cuba mau menyembunyikan kelemahannya. Dalam kata-katanya saudara lihat Paulus lut sinar.

 Lihat 2 Kor 10:10 apa pula pendapat orang tentang Paulus.

 Sebab, kata orang, surat-suratnya memang tegas dan keras, tetapi bila berhadapan muka sikapnya lemah dan perkataan-perkataannya tidak bererti.

 Paulus banyak kelemahan saudara. Banyak. Seperti seorang hamba, dia terbuka mengakukan keperluan dan kelemahannya. Paulus tidak sembunyi di sebalik topeng.

 Seorang hamba seharusnya lut sinar seperti ini saudara.

 Tiada kepura-puraan yang melindungi kelemahannya.

 Tapi yang sedih ialah ramai pemimpin yang malu mau mengaku kelemahan dan kekurangan mereka.

 Mereka ego. Ego yang kononnya mereka tidak punya masaalah. Semua tanggung beres.

 Tidak punya keperluan, tidak mau berkongsi hal-hal peribadi hidup mereka.

 Takut orang lihat kelemahan dan kekurangan mereka.

 Tapi ketahuilah hari ini saudara seorang hamba yang baik ialah hamba yang tidak menyembunyikan apa-apa dari tuannya.

 Kerendahan hati yang ikhlas

 Di dalam 1 Kor 2:4-5 Paulus berkata,

 “Baik perkataanku maupun pemberitaanku tidak ku sampaikan dengan kata-kata hikmat yang meyakinkan, tetapi dengan keyakinan akan kekuatan Roh,supaya iman kamu jangan bergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Allah.”

 Paulus mau juga menarik perhatian umum, tetapi bukan dengan keupayaannya, melainkan keupayaan yang berasal dari Roh Kudus Allah.

 Inilah kerendahan hati yang cukup nyata.

 Paulus menarik perhatian umum bukan kepadanya tetapi kepada Tuhan.

 Filipi 2:8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan mati di atas kayu salib.

 Kerendahan hai Yesus sesungguhnya tiada yang dapat tanding.

 Menurut Filipi 2:7 Dia yang adalah Tuhan di dalam segala kemuliaan dan keagungannya  sanggup mengosongkan diriNya sendiri dan mengmbil rupa seorang hamba dan menjadi sama seperti manusia.

 Kita ini yang memang asal manusia, asal dari tanah liat, berdosa, di selamatkan oleh kasih karunia Allah dan tiada sebarang kebanggaan yang kita miliki pun banyak kali kita tidak sanggup merendahkan diri.

 Yesus sewaktu Dia di hadapkan ke muka pengadilan berbagai tuduhan dilontarkan kearahnya. Pukulan dan tamparan di kenakan ke atasnya. Di ludah di caci, di hina, diolok-olok dan akhirnya di pakukan di atas palang kayu.

 Sampai begitu rupa Dia di layani saudara.

 Namun satu patahpun Dia tidak melawan.

 Yesus bukan tidak punya kekuatan atau kuasa untuk menyelamatkan diriNya saudara.

 Pencuri yang disalib bersamanya pun sampai merungut; “Mau menyelamatkan orang konon, selamatkanlah diri sendiri dulu…”

 Eeeemmmm ! Saya kira kalaulah saudara yang punya segala kuasa dan segala kekuatan dicabar sedemikian rupa sedah pasti saudara akan membuktikannya.

 Sudah pasti saudara akn mempamirkan kekuatan dan kekuasaan saudara.

 Tapi Yesus tidak saudara.

 Siapa kata Yesus tidak sanggup turun dari kayu salib yang tingginya hanya tiga meter?

 Kalau dari syurga pun Yesus sanggup turun, kayu salib itu tidak ada apa-apa saudara.

 Apa yang membolehkan Yesus melakukan semuanya ini saudara?

 Jawabnya: KERENDAHAN HATI.
 

 Kesetiaan

 Bercakap tentang kesetiaan, entah berapa ratus kali sudah hamba Allah ini mau meletak jawatan.

 Mengeluh di dalam kesusahan itu biasa saudara.

 Tapi janganlah sampai mau meninggalkan pelayanan.

 Saudara banyak hamba Allah memulakan pelayanan mereka dengan baik tapi mengakhirinya kecundang.

 Nah! Saudara bukan betapa hebat saudara mula yang menjadi kebanggaan Tuhan tetapi betapa hebat saudara mengakhirinya.

 Paulus di dalam suratnya mengatakan kepada Jemaat di Korintus menulis:

 “Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul.” (1 Kor 9:26)

 Kata-kata Paulus ini menjadi kenyataan.

 Saudara lihat di akhir-akhir pelayanannya, Paulus menulis surat kepada Timotius yang berbunyi ;

 “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepada ku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepada ku, melainkan juga kepda semua orang yang merindukan kedatanganNya.” (2 Tim 4:7-8)

 Kesetialah yang membolehkan saudara dan say menamatkan perlumbaan ini sampai ke garis penamat.

 Kalaulah kita sebagai pemimpin yang sikit-sikit mau meletakkan jawatan, sikit-sikit mau mengalah, sikit-sikit mau meninggalkan pelayanan kita tidak ubah seperti orang yang mau berlari tapi tidak mau menghabiskan pelarian itu.

 Saudara, di dalam apa pun bidang saudara, biar kita mula dengan pelayanan yang kecil-kecil.

 Lalu kalau kita sudah di amanahkan sesesuatu tanggungjawab itu, biarlah kita tetap setia melayani di bidang dan lapangan yang Allah telah tetapkan untuk kita.

 Ya, kalau saudara kita dapat berlaku sedia dalam perkara-perkara ayng kecil, bagaimanakah Allah dan mempercayakan saudara perkara-perkara ayng besar.

 Jadi saudara, biar apa pun bidang pelayanan saudara sekarang ini setialah melayani.

 Kerana saudara tahu pasti di dalam kesetiaan saudara melayani, segala jerih payah saudara tidak akan menjadi sia-sia.

 Kerana yang saudara layani ialah Tuhan. Dan Dialah yang akan memberi upah kepada saudara tepat pada waktu dan saat yang telah ditetapkanNya.

 Sebagai seorang hamba, kita tidak punya banyak pilihan saudara.

 Apa yang Tuan kita mau kita laku dan kerjakan, itulah yang kita harus lakukan dan kerjakan dengan penuh setia.

 Kejujuran yang mutlak

 Oleh kemurahan Allah  kami telah menerima palayanan ini. Kerana itu kami tidak tawar hati. Tetapi kami meolak segala perbuatan yang tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah. (2 Kor 4:1-2)

 Sebab nasihat kami tidak lahir dari kesesatan atau dari maksud yang tidak murni dan juga disertai tipu daya. Sebaliknya, karena Allah telah menganggap kami layak untuk mempercayakan Injil kepda kami, kerana itulah kami berbicara, bukan untuk menyukakan manusia, melainkan untuk menyukakan Allah yang menguji hati kita. (1 Tes 2:3-4)

 Kelutsiran, kerendahan hati di tambah pula dengan kejujuran mutlak Paulus menghasilkan satu pelayanan yang bebas dari wayang gambar ulterior (disebalik yang kelihatan @ dikatakan), agenda-agenda yang tersembunyi, kemunafikan, kepalsuan dan permainan politik.

 Paulus terbuka kepada pemerhatian, dan komited kepada kebenaran baik dari segi kata-katanya maupun perbuatannya.

 Semua ini adalah tanda-tanda seorang hamba yang jujur.
 

Tantangan

 Mari kita berhenti di sini dan merenung kembali enam ciri seorang hamba yang kita harus serapkan ke dalam hidup kita.

 Sudah pasti setelah mendengar mesej ini banyak di antara kita mula sadar yang kita masih lagi kekurangan ciri-ciri ini.

 Begitu juga apabila saya menyediakan mesej ini.

 Wah! Jauh sungguh diri ini dari kriteria hamba yang baik.

 Tiada seorang pun di antara kita yang setanding dengan kualiti kehambaan yang ada pada Yesus Kristus.

 Tapi berita baiknya ialah Tuhan siap untuk mengubah dan memperbaiki pelayanan saudara.

 Persoalannya sekarang ialah, adakah saudara sanggup, adakah saudara rela dan mau diubah dan mau berubah?

 Kalau saudara siap Allah lebih siap lagi.

 Saya mau saudara. Saya siap.


Siapkah saudara untuk dipakai oleh Tuhan ?


   [ PrevIndexAtas |Next ]